Mental Health

Berdasarkan riset kesehatan dasar yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, angka prevalensi gangguan jiwa di Indonesia, meningkat secara signifikan dari 1,7% di 2013 menjadi 7% di 2018. Mari kita menilik sedikit data yang dapat menunjukkannya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 oleh Kementerian Kesehatan, sebanyak 6% atau sekitar 19 juta penduduk Indonesia usia lebih dari 15 tahun menderita gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan. Sedangkan penderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia mencapai 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang.

World Health Organization/WHO (2005) mendefinisikan kesehatan mental sebagai suatu keadaan yang sejahtera secara fisik, mental, dan sosial, serta tidak adanya penyakit dan gangguan jiwa. Jadi, orang yang mengalami gangguan kepribadian, depresi, dan fobia, misalnya, dapat dikatakan sebagai orang yang tidak sehat mental. Sebenarnya berbagai faktor bisa jadi pemicu meningkatnya masalah mental seperti pekerjaan, hubungan dengan keluarga atau pasangan, serta ujian hidup yang semakin besar Seorang narasumber, Meity mengingatkan bahwa setiap orang bisa terkena masalah mental karena peristiwa yang terjadi dalam hidup terutama yang dapat memberikan luka batin berpotensi memicu gangguan dalam kesehatan mental jika tidak dapat menanganinya dengan baik.

Manusia harus bisa hidup bersama emosinya karena merasakan suatu emosi merupakan hal yang manusiawi. “Hidup harus bersama emosi tapi jangan berlebihan, jadi harus bisa memaknai dan merespon emosi, karena emosi adalah aliran energi yang ada di dalam tubuh manusia” ujar Meity. Tapi disisi lain,  menurut Ade Binarko yang berbagi cerita bagaimana dia bisa sembuh dari penyakit mental yang pernah dia alami dan sekarang membantu orang lain agar bisa sembuh lewat sehatmental.id. Dia mengatakan “Stress itu normal, tapi kalo terlalu stress itu gak bagus”. Setidaknya saat merasa stress dan ada masalah, Ade menyarankan agar mencoba tersenyum paling tidak untuk diri sendiri. Dia mengatakan “cobalah tersenyum buat orang lain, atau paling tidak untuk diri sendiri. Buat senyum kita untuk merubah dunia paling tidak lingkungan sekitar, bukan dunia yang tersenyum karena perubahan diri kita”. Ade juga mengingatkan pada para pemuda untuk tetap memenuhi social life seperti nongkrong, olahraga, tapi tetaplah menjadi diri sendiri dan lakukan semampunya saja. Tidak perlu mencoba menjadi orang lain hanya demi mengdapatkan pengakuan atau pujian.

Hal seperti ini didukung oleh lingkungan yang mendukung apa yang dirasakan oleh individu tersebut. Padahal pada kenyataannya tidak semudah itu melakukan diagnosa mengenai kesehatan mental diri sendiri maupun mental illness.

Beberapa jenis gangguan mental yang umum ditemukan, antara lain depresi, gangguan bipolar, kecemasan, gangguan stres pasca trauma (PTSD), gangguan obsesif kompulsif (OCD), dan psikosis.  Kondisi ini bisa ringan, sedang, dan berat; dan ditentukan berdasarkan seberapa jauh dampaknya terhadap fungsi harian seseorang. Beberapa penelitian menemukan bahwa kesehatan mental positif tidak tergantung pada kondisi mental atau penyakit. Orang yang memiliki penyakit mental masih mungkin memiliki tingkat kesehatan mental positif yang berbeda dan orang yang tidak sakit mental mungkin kekurangan kesehatan mental positif.

Ada banyak cara untuk menjaga kesehatan mental yang positif seperti cukup tidur, mempelajari keterampilan untuk menghadapinya, aktif secara fisik, berhubungan dengan orang lain dan banyak lagi. Beberapa orang mungkin juga memerlukan bantuan profesional. Walaupun keterkaitan faktor-faktor ini (positif dan negatif) bisa menjadi rumit, dapat dipastikan bahwa kombinasi dari faktor-faktor yang dialami selama masa kanak-kanak dan remaja meningkatkan risiko munculnya masalah kesehatan mental.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Be Yourself and Go Spirit